Sobat Batik harus tau kalau di negara kita ini memunyai berbagai macam tradisi yang sangat unik dan menarik bahkan terkenal di mancan negara. Salah satunya adalah tradisi Tabuik, kata tabuik berasal dari bahasa Arab 'Tabut' yang artinya 'mengarak'. Tradisi yang merupakan milik masyarakat Minangkabau ini dilakukan setiap setahun sekali tepatnya pada tanggal 10 Muharram pada kalender islam.
Tradisi ini merupakan sebuah peringatan atas peristiwa Perang Karbala yang dibawa oleh penganut Syiah dari Timur, dan upacara ini dilakukan juga sebagai bentuk ekspresi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu Nabi Muhammad SAW yang di penggal kepalanya dalam perang Karbala tersebut.
Ada beberapa versi mengenai asal-usul perayaan tabuik di Pariaman. Versi pertama mengatakan bahwa tabuik dibawa oleh orang-orang Arab aliran Syiah yang datang ke Pulau Sumatera untuk berdagang. Sedangkan, versi lain diambil dari catatan Snouck Hurgronje, mengatakan bahwa tradisi tabuik masuk ke Indonesia melalui dua gelombang. Gelombang pertama sekitar abad 14 M, tatkala Hikayat Muhammad diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu. Melalui buku itulah ritual tabuik dipelajari Anak Nagari. Sedangkan, gelombang kedua tabuik dibawa oleh bangsa Cipei/Sepoy (penganut Islam Syiah) yang dipimpin oleh Imam Kadar Ali. Bangsa Cipei/Sepoy ini berasal dari India yang oleh Inggris dijadikan serdadu ketika menguasai (mengambil alih) Bengkulu dari tangan Belanda (Traktat London, 1824). Orang-orang Cipei/Sepoy ini setiap tahun selalu mengadakan ritual untuk memperingati meninggalnya Husein. Lama-kelamaan ritual ini diikuti pula oleh masyarakat yang ada di Bengkulu dan meluas hingga ke Panian, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidi, Banda Aceh, Melauboh dan Singkil. Dalam perkembangan berikutnya, ritual itu satu-persatu hilang dari daerah-daerah tersebut dan akhirnya hanya tinggal di dua tempat yaitu Bengkulu dengan sebutan Tabot dan Pariaman dengan sebutan Tabuik. Di Pariaman, awalnya tabuik diselenggarakan oleh Anak Nagari dalam bentuk Tabuik Adat.
Sebelum Tabuik dilaksanaka, beberapa hari sebelumnya masyarakat melakukan beragam persiapan seperti membuat aneka makanan, kue-kue tradisional dan Tabuik itu sendiri. Di masa ini pula masyarakat melaksanakan ritual puasa.
Tabuik itu sendiri selain sebagai nama upacara, juga merupakan komponen penting dalam ritual ini. Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari bambu serta kayu. Bentuknya menyerupai binatang berbadan kuda dan berkepala manusia dengan proporsi tegap dan memiliki sayap. Dalam kepercayaan Islam, Tabuik tersebut sebagai gambaran dari Buraq yang dipercaya sebagai kendaraan Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Pada punggung Tabuik sendiri, terdapat tongak setinggi 15 meter. Tabuik kemudian dihias dengan warna merah dan warna-warna lainnya yang memberi efek meriah. Satu buah Tabuik diangkat oleh para pemikul yang jumlahnya 40 orang. Di belakang Tabuik terdapat rombongan pengiring dengan busana tradisional yang membawa alat perkusi berupa aneka gendang. Sesekali arak-arakan berhenti dan puluhan orang tersebut memainkan silat khas Minang. Mereka beraksi dengan diiringi tetabuhan dari gendang.
Kedua Tabuik tersebut diarak menuju ke pantai setempat untuk di ‘serahkan” ke laut. Saat matahari terbenam arak-arakan pun berakhir. Kedua Tabuik tersebut dibawwa ke pantai yang selanjutnya dilarung kelaut. Hal tersebut dipercaya sebagai ritual buang sial . Selain itu, momen ini juga dipercaya sebagai waktunya Buraq terbang ke langit dengan membawa segala jenis arakannya.
Selain menjadi sebuah tradisi yang terus menerus dijaga kelestariannya, Upacara Tabuik telah menjadi agenda tahunan Pemerintah Daerah setempat. Upacara ini juga menjadi simbol budaya sekaligus pariwisata yang menjadi daya tarik setiap wisatawan. Selain itu, Upacara Tabuik ini juga sebagai kebanggaan masyarakat Pariaman yang juga turut memperkaya kebudayaan Indonesia.
Dan berikut ini adalah foto-foto kegiatan tradisi Tabuik tersebut dari masa ke masa.
Gimana Sobat Batik tertarik untuk menyaksikannya? kalau tertarik langsung saja datang dan saksikan, ingat setiap tanggal 10 Muharram.
Satu lagi yang harus diingat Sobat Batik, kita sebagai generasi muda ayo kita jaga tradisi ini dan terus mengenalkan tradisi ini kepada anak cucu kita agar tidak hilang begitu saja termakan oleh waktu. Apalagi saat ini mudah sekali budaya budaya asing yang masuk ke negara kita.
Sekian sampai disini dulu informasi dari saya semoga bisa bermanfaat, menambah pengetahuan Sobat Batik semua dan yang pastinya meningkatkan jiwa nasionalisme Sobat Batik terhaap negara kita tercinta ini Indonesia.
Sekian sampai disini dulu informasi dari saya semoga bisa bermanfaat, menambah pengetahuan Sobat Batik semua dan yang pastinya meningkatkan jiwa nasionalisme Sobat Batik terhaap negara kita tercinta ini Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar